wartaphoto

Ritual Adat Mengelilingi Punden Di Tengah Pasar Warnai Sedekah Bumi Lahar

119
×

Ritual Adat Mengelilingi Punden Di Tengah Pasar Warnai Sedekah Bumi Lahar

Sebarkan artikel ini

WARTAPHOTO.net. TLOGOWUNGU – Berbicara mengenai budaya di Kabupaten Pati memang tidak ada habisnya. Salah satunya adalah tradisi sedekah bumi. Hampir seluruh Desa di Kabupaten Pati melaksanakan kegiatan tahunan tersebut. Begitu juga dengan masyarakat Desa Lahar Kecamatan Tlogowungu. Mereka menyelenggarakan sedekah bumi sebagai wujud syukur kepada Tuhan.

“Sedekah bumi di Desa Lahar dilaksanakan setiap hari Kamis Pahing di bulan Apit (Dzulqo’dah) yang pada tahun ini bertepatan pada Kamis. Sedekah bumi adalah bentuk rasa syukur terhadap Allah yang telah memberikan hasil bumi yang cukup melimpah. Sehingga kami, sudah sepatutnya untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah,” ujar Setiawan Budhiaji, Kepala Desa Lahar.

Prosesi sedekah Bumi Desa Lahar dilaksanakan mulai pukul 11.30 WIB, yaitu para perangkat desa mengelilingi rumah peninggalan leluhur desa yang orang sekitar menyebutnya “Danyang”. Lokasinya, berada di tengah pasar Desa Lahar. Rumah peninggalan leluhur desa ini lebih dikenal dengan “punden”.

Pada Prosesi itu, Kepala Desa beserta staf melakukan ritual adat yaitu mengelilingi punden. Setelah ritual selesai dilanjutkan dengan do’a atau bancakan. Dalam panjatan do’a, sesepuh bersyukur atas limpahan karunia dari sang Pencipta dan memohon agar masyarakat Desa Lahar diberi kedamaian serta kesejahteraan. Setelah selesai memanjatkan do’a, puluhan warga dari berbagai daerah berebut nasi yang di bungkus anyaman bambu yang masyarakat sekitar menyebutnya “Tlandik/kreneng”.

Sebagian orang menganggap tradisi seperti ini erat kaitannya mitos atau yang berbau mistis karena juga bersinggungan dengan alam gaib.

Fian, salah satu pengunjung asal Desa Mojoagung kecamatan Trangkil mengatakan bahwa nasi yang diperoleh dari tradisi sedekah bumi dipercaya mempunyai daya magis tersendiri dalam berbagai hal. Dari situ, dirinya bersama beberapa warga lainnya rela berebut nasi berkat tersebut untuk dibawa pulang.

“Nasi (Berkat) dari acara sedekah bumi ini saya jual lagi mas nantinya. Bisa mencapai Rp.30.000 per tlandik. Bukan untuk dimakan, tetapi nasi dikeringkan dan nantinya di sebar di laut untuk mencari ikan. Kami percaya hasil tangkapan akan semakin banyak. Selain itu juga bisa di sebar di tambak atau sawah,” ungkap Fian.

Reporter: Arton

Editor: Revan Zaen

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!