wartaphoto

Berkat Inovasi Bioreaktor Kapal Selam, Muhammad Sobri dari Langse Masuk Nominasi Peraih Kalpataru

77
×

Berkat Inovasi Bioreaktor Kapal Selam, Muhammad Sobri dari Langse Masuk Nominasi Peraih Kalpataru

Sebarkan artikel ini

WARTAPHOTO.net. JATENG. Inovator Bioreaktor Kapal Selam, Dr Muhammad Sobri,  kembali menjadi sorotan. Dirinya menjadi salah satu dari 14 nominator peraih Kalpataru tingkat Jateng pada kategori Pembina Lingkungan.

Tim verifikator dari berbagai unsur telah datang dan melakukan kunjungan Lapangan Calon Penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2020.

“Awalnya memang  Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pati yang mengusulkan Pak Sobri, karena memang aturannya penghargaan Kalpataru ini harus diusulkan bukan nominatornya yang mengajukan diri”, terang Purwadi, Kepala DLH Pati.

Pemilihan Sobri, bukan tanpa alasan. Sebab menurut Kepala DLH Kabupaten Pati, sebelumnya Sobri dan inovasi Bioreaktor Kapal Selamnya juga sudah sering mengharumkan nama Pati baik di tingkat Jateng maupun nasional.

Mulai dari penghargaan lomba krenova teknologi tepat guna Jateng, penghargaan Kemenristekdikti, hingga ia pun sukses mengantarkan Desa Langse terpilih sebagai wakil Jateng dalam lomba desa mandiri energi. Bahkan sejumlah daerah pun tertarik untuk mempelajari temuannya.

Kalpataru sendiri merupakan penghargaan bagi seseorang yang mampu melestarikan fungsi lingkungan hidup, kemudian juga mempunyai pengaruh dan prakarsa untuk penyadaran dan peringkatan peran masyarakat, ataupun juga mampu menemukan teknologi baru yang ramah lingkungan.

Dalam paparannya dihadapan verifikator, Sobri mengenalkan sistem pengolahan limbah pertanian dan peternakan yang telah mengantarkannya menjadi juara dalam kompetisi tingkat nasional tersebut.  Tiga inovasi unggulannya adalah  pupuk, gas metana, dan dekomposer.

Pupuk dari kotoran ternak dikelompokkan menjadi pupuk cair dan padat. “Ini bisa digunakan untuk kebutuhan 10 hektare lahan di sekitar bioreactor,” papar Sobri.

Doktor lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini lantas menjelaskan bahwa gas hasil pengolahan kotoran ternak itu bisa diubah menjadi berbagai energi, baik untuk listrik maupun bahan bakar traktor.

“Selain untuk penerangan di sekitar lokasi bioreaktor, gas metana itu juga bisa menghidupkan 32 lampu jalan di sepanjang jalan Langse-Gembong,” imbuh Muhammad Sobri.

Metana tersebut juga dimanfaatkan untuk memasak dan sebagai bahan bakar traktor. Selain itu, juga untuk menghidupkan pompa air dan mesin diesel dengan daya 10 ribu watt.

”Mungkin ini bisa menjadi solusi untuk peternakan. Persoalan bau kotoran bisa teratasi. Kotoran bisa digunakan untuk sumber energi. Tentu lebih hemat energi, tidak perlu menggunakan elpiji. Sangat efisien,” lanjut Sobri.

Karena inovasinya tersebut, berbagai daerah pun berbondong-bondong melakukan studi banding. Tercatat perwakilan dari Trenggalek, Pekalongan, Temanggung, Nganjuk, Malang, Lampung, Kalimantan hingga Papua pernah datang untuk melihat temuannya itu.

Reporter: Arton

Editor: Revan Zaen

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!