WARTAPHOTO.net. PATI – Sri Antini, wanita kelahiran Pati 26 Juli 1973 merupakan salah satu wanita tangguh yang memiliki jiwa sosial tinggi, layaknya seorang Kartini. Dirinya kini aktif dan bergabung dengan organisasi filantropi, Ayo Berbagi Pati (ABP) dan Sedekah Rombongan (SR). Bahkan, di kediamannya yang berada di Kelurahan Parenggan RT 4 RW 1 Kecamatan Pati dijadikan sebuah basecamp untuk berkumpul dan mengonsep kegiatan bersama rekannya.
Panggilan hatinya, berawal pada tahun 2015 silam. Dirinya sedang dalam keadaan terpuruk lantaran permasalahan pribadi. Kesehariannya setelah pulang dari kantor, hanyalah bermainan HP dan tidur. Namun, hal itu berbalik arah ketika dirinya membaca status BBM yang isinya justru menjadi motivasinya dalam bergerak.
“Bangun tidur itu cuma untuk salat saja. Begitu sampai hampir setahun. Sampai pada akhirnya membaca satu status BBM yang isinya ‘buat apa salat, ngaji, puasa kalau keseharianya hanya ketemu bantal?’. Nah aku banget ya. Setelahnya ada status BBM tentang berbagi nasi. Sekali dua kali masih saya cuekin. Lama-lama kena di hati. Akhirnya ikutan sampai sekarang,” jelasnya.
Memang, wanita yang merupakan Staf Sekretariat DPRD Kabupaten Pati itu awalnya merasa hampa karena jauh dari kehidupan sosial-kemanusiaan. Namun hal itu berbalik arah usai dirinya tergerak hati dalam bersosial lewat kegiatan filantropisme. Yang mana, rela menyisihkan tenaga dan materinya untuk membantu sesama.
Wanita yang kerap disapa Bu Aan itu sangat menikmati rutinitas barunya. Bahkan, menemukan kedamaian di hatinya.
“Melalui kedua organisasi filantropi itu saya aktif terlibat dalam 25 hingga 30 jenis kegiatan sosial kemanusiaan. Di antaranya membagikan makanan bagi kaum duafa, bedah rumah, menyantuni lansia, hingga memfasilitasi pengobatan bagi duafa yang sakit,” jelas dia.
Bahkan, diakuinya dengan kaum duafa yang menjadi sasaran kegiatan sosialnya, hubungan Bu Aan bukan sebatas pemberi santunan dan penerima santunan saja, melainkan lebih jauh dari itu, ada ikatan batin dan kekerabatan. Maka, silaturahim akan terus ia jaga.
Perjumpaannya dengan banyak orang yang membutuhkan uluran tangan, Bu Aan mengalami banyak pengalaman emosional yang menggetarkan. Ia berkisah, ia pernah merasa amat terharu ketika bertemu seorang penghafal Al-Qur’an yang diuji dengan sakit parah.
“Badannya melepuh semua sampai tidak bisa berdiri. Pertama lihat keadaannya, saya menangis. Kemudian saya bersama teman-teman membantu pengobatannya. Ketika melihat ia bisa sembuh, saya menangis lagi. Saya bahagia untuknya,” cerita dia.
Menurutnya, menolong banyak orang lain juga menjadi jalan rezeki tersendiri baginya. Ia menyebutnya “manajemen langit”. Ketika banyak membantu orang, akan banyak pertolongan Tuhan.
“Terkadang saya tidak menyangka. Kok bisa saya sekolahkan anak-anak sampai lulus pendidikan tinggi. Tapi saya yakin itu manajemen langit,” pungkas dia.
Reporter : Putra
Editor : Revan Zaen