NasionalPatiwartaphoto

Produsen Kopi Pati Terus Berinovasi di Tengah Pandemi

15
×

Produsen Kopi Pati Terus Berinovasi di Tengah Pandemi

Sebarkan artikel ini

WARTAPHOTO.net.GUNUNGWUNGKAL – Sejak bulan Maret lalu, menjadi masa tersulit bagi beberapa profesi. Salah satunya adalah produsen kopi. Akibat pandemi global ini, terjadi penurunan penjualan kisaran 30 hingga 40 persen. Tentu, butuh suatu inovasi untuk membangkitkan gairah para pecinta kopi agar penjulan dapat berjan stabil lagi.

Muttaqin, begitu terampil memilah kopi di bawah terik matahari. Butuh waktu satu minggu untuk menuntaskan produksi hingga manjadi kemasan yang siap diedarkan. Ketua klaster kopi Pati ini selalu memainkan skillnya untuk menciptakan varian cita rasa agar produk besutannya berbeda dengan brand lainnya.

Meski kini terseok-seok di masa Pandemi Covid-19 yang tak tahu kapan berkhir, namun sebuah inovasi dari tangan terampilnya selalu ia maksimalkan agar mampu melewati masa sulit ini. Bukan jadi persoalan, berkat pengalamannya ia yakin mampu bertahan di tengah terpaan keadaan.

Diketahui, lewat idenya kopi Gayeng Pati yang memulai sebuah inovasi pada 2016 hingga 2018 lalu berhasil membuat tahapan full wash. Setelah menemukan komposisi yang pas, Muttaqin mengikuti lomba uji cita rasa yang diadalkan oleh asosiasi industri dan eksportir kopi. Alhasil, dari sekitar 367 peserta se Indonesia dengan 14 juri dari enam negara, kopi Gayeng Pati full wash masuk dalam peringakat 5 besar nasional.

“Berkat pengalaman itu, saya terus berfikir untuk menemukan komposisi lagi. Di tengah pandemi, memang dikategorikan kami para klaster kopi mampu bertahan. Kita ambil hikmahnya juga, karena banyak masyarakat yang berdiam diri di rumah, maka kebutuhan kopi semakin besar melalui permintaan online. Tapi kendalanya ketika melakukan pengiriman ke luar daerah. Apalagi ke luar Pulau, biaya ongkir tingi dan waktunya lama,” kata Pria asal Desa Sidomulyo Kecamatan Gunungwungkal sembari mengusap keringat yang membasahi wajahnya usai menuntaskan produksinya.

Pria kelahiran Pati, 6 Juni 1980 ini bercerita jika kesulitan yang dialami di masa pandemi hanya beberapa saja, terutama di kategori specialty. Sebab, serapan terbesar ada di caffe dan belakanagan ini banyak yang tutup. Jadi, mau tidak mau dirinya harus mengemas dan memasarkan seperti kopi lainnya. Otomatis ada penurunan harga 30 – 40 persen. Itu hanya cukup untuk mengembalikan HPP.

Sementara untuk para anggota klaster kopi di Pati, diakuinya walaupun dalam kondisi sulit seperti saat ini, mereka tetap optimis. Lantaran, masing-masing produsen termotivasi dan saling menguatkan untuk terus bertahan.

“Ketika kita di rumah, justru akan semakin berinovasi, mungkin secara desain maupun dari komposisinya. Jumlah produsen di bawah naungan klaster kopi menurut data base kami ada 80 produsen dan masih kami data terus, karena di Kabupaten Pati perkembangan sangat pesat. Saat ini yang belum teridentifikasi ada sekitar 200 an produsen. Dari jumlah itu baru mampu menyerap 10 sampai 15 persen dari total kopi yang ada di kabupaten,” terangnya.

Dari wacana pemerintah kabupaten dalam memaksimalkan sektor pertanian, Muttaqin juga mendukung penuh langkah itu. Bahkan, ia semakin semangat mengajak masyarakat untuk bergelut di dunia perkebunan kopi.

“Satu hal yang penting bagi masyarakat, justru dengan adanya perubahan di luar dugaan, kita ambil hikmah. Kalau orang Jawa biasanya kalau nggak terhimpit nggak tergerak. Justru dengan adanya hal seperti ini harus mencoba berinovasi memanfaatkan potensi di sekitar. Potensi kopi sangat besar di sini, dan kita bisa ambil bagian. Karena di Pati sejak dahulu gemah ripah loh jinawi, itu ada di pertanian. Dan hanya sedikit yang menyentuh itu, padahal kekayaan alam kita sangat besar. Jadi mari kita ambil peran di situ,” ajak ketua Klaster Kopi Pati ini.

Penulis : Putra
Editor : Revan Zaen

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!