Persona

Ilut, Tekuni Job Henna di Tengah Pandemi

42
×

Ilut, Tekuni Job Henna di Tengah Pandemi

Sebarkan artikel ini

WARTAPHOTO.net. DUKUHSETI – Bulan Oktober menjadi musim pernikahan yang teramat ramai. Dalam sehari bisa ada dua sampai tiga pesta pernikahan yang mesti didatangi. Menjadi sebuah berkah bagi beberapa profesi. Salah satunya adalah para pelukis henna.

Lailatun Ni’mah begitu terampil memainkan jari-jemarinya. Membentuk beberapa model lukisan henna dengan desain adopsi dari Pakistan dan Turki. Butuh waktu sekitar satu hingga dua jam untuk menuntaskan satu bentuk lukisan di tangan.

Penghasilan yang didapat juga berlipat. Rata-rata pendapatan yang didapat dari pengantin adalah Rp 250 ribu.

Gadis yang akrab disapa Ilut itu belajar otodidak sejak duduk di bangku kelas tiga Aliyah, pada tahun 2016. Ilut menjadi salah satu pelukis henna yang kebanjiran orderan sebelum masa pandemi Covid-19. Apalagi, bertepatan dengan bulan-bulan yang dianggap berkah untuk menggelar pesta pernikahan.

“Emang dari awal suka gambar. Waktu itu pas ngaji ada mbak-mbak bawa henna, aku sih nggak pengin digambar. Tapi ingin tahu itu belinya di mana. Pas sudah beli akhirnya aku oret-oret tanganku sendiri. Pas itu ada yang lihat. Kebetulan  orangnya mau nikah terus aku diundang,” cerita Ilut pada awal karirnya.

Wanita yang kini menempuh pendidikan strata satunya di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu menghitung, di masa pandemi ini cuma ada enam sampai tujuh job dalam sebulan. Namun, dirinya tetap bersyukur lantaran masih punya penghasilan tambahan.

Ilut juga bekerjasama dengan para tukang rias pengantin. Sekali melukis, Ilut mematok harga untuk henna putih  Rp  300 ribu hingga Rp 350 ribu, sedang untuk merah Rp 200 ribu sampai Rp 250 ribu.

“Bulan Oktober sampai November ini sepi. Kalau musim manten bulan Agustus lalu, sebulan sampai dobel tiap harinya,” terang gadis asal desa Alasdowo kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati ini.

Namun, wanita kelahiran 19 April 1999 itu mengungkap, menjadi pelukis henna diakuinya tak mudah. Kebanyakan untuk melukis henna itu harus berbarengan dengan penata rias dan proses make up. Melukis henna kebanyakan dilakukan saat hari H pernikahan.

”Kalau untuk henna yang maroon ya bisa sehari sebelumnya. Pekerjaan bisa santai. Kalau henna putih itu saat hari H. Jadi kurang leluasa. Apalagi sekarang ini ada banyak pernik-pernik yang harus dimasukkan. Itu menjadi tantangan tersendiri,” jelas pemilik hennalaila ini.

Namun, pada bulan yang bertepatan dengan bulan Suro, Ilut harus puasa dari jobnya. Sebab, tak ada pesta pernikahan yang digelar di bulan yang dianggap keramat bagi sebagian besar masyarakat Jawa ini.

Penulis : Putra
Editor : Revan Zaen

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!