WARTAPHOTO.net. LASEM. Bertempat di kawasan Kota Pusaka, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, digelar pameran foto jurnalistik “Tridaya”. Acara ini digagas Perum Lembaga Kantor Berita ANTARA melalui Galeri Foto Jurnalistik Antara dan Redaksi Foto Kantor Berita ANTARA, berkolaborasi dengan Yayasan Lasem Heritage, serta Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang.
Acara yang dimulai sejak 25 November 2021 lalu ini akan berakhir pada 5 Desember 2021. Ada 3 lokasi yang dijadikan lokasi pameran yakni Museum Nyah Lasem, Rumah Karla 20, dan Rumah Merah Heritage. Ketiganya berada di wilayah Lasem, yang sedang diusung untuk menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional.
Lokasi pertama di Rumah Merah Heritage menampilkan 10 foto cerita tentang Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dengan konsep penyajian semi-indoor.
Lokasi kedua di Rumah Karla 20 menyajikan 55 foto mengenai ekonomi kreatif dan tradisi di Jawa Tengah selama pandemi COVID-19 berlangsung yang ditampilkan dengan konsep outdoor, selain foto ada pula karya grafis yang turut dipamerkan untuk menguatkan tema yang diangkatnya.
Lokasi pameran foto ketiga yaitu di Museum Nyah Lasem, ditampilkan 21 foto mengenai Lasem karya rekan-rekan PFI Semarang dan perwakilan Yayasan Lasem Heritage yang disajikan dengan konsep indoor.
Ismar Patrizki, kurator Pameran Foto Jurnalistik “Tridaya” mengungkapkan jika tujuan pameran ini adalah memberikan edukasi mengenai pameran fotografi kepada masyarakat seluas-luasnya sehingga dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat.
Selain itu, lanjut dia, penyelenggaraan pameran foto di Lasem juga merupakan bentuk dukungan terhadap rencana penetapan Lasem sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional.
“Hal lain yang ingin kami sampaikan melalui pameran ini adalah pesan untuk menjaga toleransi antaragama, sebagaimana yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Lasem,” kata Ismar belum lama ini.
Ragil Kuswanto
Selain karya jurnalis foto Antara, salah satu profesional freelance fotografer Pati, Ragil Kuswanto juga turut memamerkan beberapa karyanya.
“Saya menampilkan foto yang merekonstruksi bagaimana penampilan atau tata busana masyarakat lasem jaman dulu. Model benar-benar menggunakan baju dan batik lasem jaman dulu yang kalau dinominalkan harganya sudah puluhan juta namun memang tidak dijual karena historinya,” ungkap owner Gantari Studio foto ini.
Ada pula foto kehidupan pesantren dimana santri minum dari gentong lalu ada kitab kuning yang terselip di sela-sela kayu.
Selain Ragil Kuswanto yang mewakili Yayasan Lasem Heritage, ada pula Budi Purwanto (PFI Semarang), P Raditya Mahendra Yasa (Kompas).
Meski demikian, konsep pameran dan format cetak serta display pameran ini tak biasa. “Semua displaynya dibuat khusus tidak menggunakan paku. Karena lokasi yang kita tempati ini merupakan heritage, jadi ada yang cetak hologram, ada yang pvc, ada yang print di media kain agar sama sekali tak meghalangi koleksi musem. Sudah dipikirkan dan dirancang dengan sangat detail oleh penyelenggara,” terang Ragil.
Inti dari pameran ini, tentu kita ingin mengangkat semangat UMKM untuk bertahan dan bangkit kembali setelah diterjang covid-19 yang menjadi pandemi sejak tahun lalu.
Reporter: Revan Zaen
Editor: A. Muhammad