BeritaPatiwartaphoto

Menilik Kenduri Kupatan di Wonosekar Gembong, Upaya Melestarikan Budaya Syawalan

907
×

Menilik Kenduri Kupatan di Wonosekar Gembong, Upaya Melestarikan Budaya Syawalan

Sebarkan artikel ini

WARTAPHOTO.NET. GEMBONG – Ribuan ketupat dan lepet diarak warga Wonosekar, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Rabu (17/4/2024) siang.

Kegiatan ini dilaksanakan Pemerintah Desa (Pemdes) Wonosekar agar anak-anak muda tertarik dan tidak meninggalkan budaya syawalan.

Sebagaimana diketahui, masyarakat Muslim Jawa punya tradisi lebaran ketupat yang dirayakan sepekan setelah Idulfitri.

Acara bertajuk Kenduri Seribu Ketupat ini sudah dua tahun belakangan dilaksanakan masyarakat setempat.

Ribuan ketupat dan lepet disusun dan dihias di atas mobil bak, kemudian diarak keliling desa sebelum didoakan dan dimakan bersama oleh warga.

Kades Wonosekar, Muhammad Zaenuri mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan untuk mewujudkan masyarakat desa Wonosekar yang lebih menguri-uri adat-istiadat Jawa yang sudah mulai memudar.

Menurut dia, ketupat dan lepet punya filosofi tersendiri dalam kehidupan masyarakat.

“Kupat dan lepet mengibaratkan keluputan atau kelepatan (kesalahan) seseorang bisa diampuni atau dimaafkan, khususnya pada saat Idulfitri. Kupatan-lepetan ini intinya mengajak masyarakat Wonosekar khususnya, juga seluruh warga Kecamatan Gembong, untuk saling menjalin silaturahim dan saling memaafkan,” kata dia.

Dia menjelaskan, budaya seperti ini harus tetap dieksiskan agar tidak tergerus oleh zaman.

Zaenuri juga menyayangkan kondisi saat ini, di mana tradisi dan kebudayaan mulai memudar. Bahkan menurutnya, generasi muda banyak yang tidak tahu tradisi kenduri ketupat.

“Mereka hanya mengenal game HP saja. Maka kami kenalkan kebudayaan kenduri ketupat syawalan ini,” jelas dia.

Zaenuri menuturkan, seribu ketupat yang diarak merupakan hasil swadaya warga. Setiap rumah menyumbang 10 ketupat dan lima lepet.

Adapun rombongan kirab dibagi dalam lima kelompok, yakni Sekar Kulon, Dologan, Tenggeran, Kauman, dan Tambak Mijen. Tiap-tiap kelompok terdiri atas dua RT.

Berbeda dari tahun sebelumnya yang mana arak-arakan hanya berada di dalam desa saja. Namun tahun ini rute diperluas karena pihak desa berupaya agar kenduri ketupat bisa lebih membudaya di Kecamatan Gembong.

“Lewat izin Kapolsek, kami lewat jalur Pohgading, Gembong, Ngembes, dan kembali ke lapangan sepakbola Desa Wonosekar yang juga merupakan titik start,” ucap Zaenuri.

Setelah diarak, ketupat dan lepet dihajatkan atau didoakan bersama di lapangan desa setempat. Kemudian bisa diambil dan dinikmati oleh warga yang hadir.

Selain diikuti perangkat desa dan para pemuda, dalam arak-arakan itu juga terdapat rombongan dari Fatayat dan Muslimat Nahdlatul Ulama setempat.

“PKK, Fatayat, dan Muslimat memberikan sayur atau lauk untuk makan bersama. Ada ingkung juga. Harapannya warga bisa guyub rukun,” tandas Zaenuri.

Reporter : Putra
Editor : Revan Zaen.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!