Pati

Hati Hati! Ngaji Melalui Youtube Berpotensi Terpapar Radikalisme

70
×

Hati Hati! Ngaji Melalui Youtube Berpotensi Terpapar Radikalisme

Sebarkan artikel ini

WARTAPHOTO.net. PATI-Minat beragama tinggi dan tidak dibarengi dengan proses belajar yang benar dapat berpotensi terpapar radikalisme. Pemahaman agama secara instan melalui sumber di internet atau media sosial tidak dapat dibenarkan, termasuk merujuk pada guru yang belum tentu alim (berilmu).

“Semangat beragama sekarang tinggi, tetapi pemahamannya rendah sehingga muncul sikap intoleran dan radikal. Persoalannya, karena belajarnya di youtube dan medsos,” ujar Komandan Densus 99 Banser Muhammad Nuruzzaman saat Kopdar Aswaja di Omah Joglo Quran Pati, Minggu (28/07/19).

Kopdar yang digelar Pimpinan Cabang Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Pati itu, membahas secara khusus berkait radikalisme di Nusantara. Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pati K Yusuf Hasyim juga menyampaikan paparan dalam dialog panel tersebut. Kapolres Pati AKBP Jon Wesly yang hadir tampil sebagai pembicara kunci.

Nuruzzaman menjelaskan, banyak konten intoleransi yang tersebar di internet. Padahal, intoleransi berpeluang meningkat menjadi gerakan radikal dan bisa jadi mengarah pada terorisme.

“Pemahaman agama harus tepat melalui guru yang benar. Jadi, Kopdar Aswaja seperti ini sangat penting untuk memahamkan kepada semua pihak,” katanya.

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Bib Zaman itu, mengungkapkan banyak faktor penyebab munculnya radikalisme dan terorisme. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi bukan merupakan faktor dominan orang terekrut dalam gerakan tersebut.

Dia menegaskan, terdapat gerakan rapi dari sejumlah organisasi internasional yang sengaja menyebarkan ideologi transnasional. Padahal ideologi itu tidak memiliki akar budaya di banyak negara, terutama Indonesia. Jika tidak diadang, maka akan menghancurkan bangsa lantaran sasaran mereka mengganti Pancasila dan mendirikan negara Islam yang sarat syahwat politik.

“Asumsi, bahwa orang miskin dan bodoh mudah terpapar radikalisme itu hanya satu dari sekian faktor. Karena faktanya pelaku terorisme banyak yang berpendidikan tinggi dan kondisi perekonomiannya layak,” ungkapnya.

Senada dengan Bib Zaman, Yusuf Hasyim menyebut gerakan intolernasi, radikalisme, dan terorisme dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan massif. NU menjadi bagian dari elemen bangsa yang dengan keras menolak dan konsisten membendung gerakan tersebut.

Ketua MDS Rijalul Ansor Pati H Abdullah Syafiq mengemukakan, Kopda Aswaja sebagai ihtiar memantapkan pemahaman Islam yang moderat dan rahmatan lil alamin. Tidak hanya bagi kader Ansor, majelis demikian akan lebih intensif digelar secara lebih luas.

Reporter: Arton

Editor: Revan Zaen

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!