Patiwartaphoto

Hasil Panen Dirasa Belum Maksimal, Sejumlah Petani Mulai Beralih Menggunakan Metode Organik

28
×

Hasil Panen Dirasa Belum Maksimal, Sejumlah Petani Mulai Beralih Menggunakan Metode Organik

Sebarkan artikel ini

WARTAPHOTO.net. KAYEN – Menilai jika penggunaan pestisida kimia dapat merusak lingkungan, sedikit demi sedikit petani di Kabupaten Pati mulai beralih dengan menggunakan perlakuan organik dalam bercocok tanam. Cara tersebut sudah mulai dilakukan petani seperti di sejumlah areal persawahan di wilayah Kecamatan Kayen.

Metode organik tersebut sudah diterapkan oleh Jamal, salah seorang petani asal Desa Jatiroto Kecamatan Kayen. Ia menyebut jika sejauh ini hasil panennya semakin meningkat.

“Awalnya sebelum tanam saya kasih pupuk organik dari kotoran sapi dan kotoran kambing. Saya kasih juga dedaunan wedusan atau tembelekan,  itu ditabur tiga hari sebelum tanam. Lalu sama pasir merapi yang digoreng, dan pakai arang sekam. Setelah tanam seminggu, saya kasih urin sapi, kelinci, dan empon-empon. Apa yang terdengar di telinga saya untuk kesuburan tanah, saya pakai,” jelas Jamal saat memanen padi miliknya, (2/7/2020).

Sebelum beralih cocok tanam secara alami, Jamal mengaku mendapat bimbingan dari salah seorang petugas Balai Penyuluhan Petani (BPP) Kayen yang sekarang pindah di BPP Gabus. Hal itu bermula saat masa tanam pertama hasilnya kurang maksimal, yakni hanya mendapat 6,7 ton per hektar.

“Dari situlah akhirnya atas dukungan anak dan istri, saya niatnya beralih bercocok tanam padi dengan perlakukan alami. Nyatanya seperti ini, pendapatanya meningkat,” ujarnya.

Berbagai cara juga diterapkan oleh Jamal agar mendapatkan hasil panen yang melimpah. Seperti menanam bunga, kacang-kacangan, dan sereh di sekitar padi miliknya.

“Bunga-bunga ini saya tanam maksudnya jika ada serangga, otomatis dia tidak menghinggap ke tanaman, tapi ke bunga. Jika serangga sudah tenang, otomatis tidak ke lokasi tanaman. Kalau  kacang-kacangan itu intinya, jika ada orang (petani lain) menyemprotkan obat-obatan, itu kabutnya tidak sampai ke tanaman saya. Kalau sereh fungsinya untuk mengendalikan jenis serangga, dengan bau sereh itu, hama tidak kerasan akhirnya dia kabur,” terang Jamal.

Sementara itu, Ir. Nur Sukarno selaku  penasehat Gagego Organik (3GO)  Pati mendorong petani dalam bercocok tanam padi menggunakan cara alami. Hal itu dimaksud untuk menjaga kesuburan tanah, serta mengurangi pencemaran lingkungan di lahan pertanian.

“Saya sudah lama menggerakkan dan mendorong pertanian secara umum untuk merubah budi daya walaupun belum bisa dikatakan organik full. Paling tidak mengurangi pestisida kimia maupun pupuk kimia. Karena di bidang kesehatan, memang yang dikonsumsi masyarakat kususnya di Pati sudah banyak tercemar pestisida kimia,” terang dia.

Sukarno yang juga merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pati ini menilai jika kondisi tanah yang sudah puluhan tahun dipengaruhi oleh pupuk kimia maupun pestisida, rata-rata teksturnya semakin mengeras.

“Kita juga mendorong kelompok-keelompok (tani) dan juga dari dinas sendiri sebagai pembina, pendamping supaya tidak bosan bosannya (memberikan arahan kepada petani). Setelah saya ikuti dari musim taman pertama dan kedua ini gaungnya sudah didengar masyarakat. Terbukti di  Gabus, Pekalongan Winong, maupun Jakenan itu sudah ada pelakunya.  Ini dari dinas harus diinventarisir supaya ada Pendampingan khusus, biar perlakukan ini menuju organik full termasuk dapat meningkatkan pendapatan petani dan tekstur tanah kembali seperti puluhan tahun yang lalu,” tandas dia.

Reporter : Putra
Editor : Revan Zaen

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!